Anoa, Ternyata Ini Fakta Unik dan Jenis/Spesiesnya

Posted on

Anoa atau kerbau kenit adalah mamalia endemik yang hampir tersebar di seluruh wilayah Pulau Sulawesi. Hewan tersebut memiliki karakteristik unik, ukuran tubuh kecil dan tanduk melengkung ke belakang.

Sayangnya, populasi kerbau kenit mengalami penurunan signifikan akibat kehilangan habitat dan perburuan liar. Meskipun ada upaya konservasi di beberapa daerah, tetapi melestarikan kembali mamalia yang hampir punah bukan perkara mudah.

Fakta Unik Tentang Anoa

Inilah fakta menarik tentang kerbau kenit, satwa yang menjadi ikon keanekaragaman hayati Pulau Sulawesi.

1. Kecenderungan hidup menyendiri

Kecenderungan hidup menyendiri

Kerbau kenit dikategorikan sebagai hewan soliter, yaitu akan memilih hidup menyendiri atau hanya dengan pasangannya. Kerbau kenit jantan terlihat berkelompok saat betina akan melahirkan.

Setelah betina melahirkan, kerbau kenit jantan akan memisahkan diri dari kawanannya.

2. Hewan yang pemalu

Hewan yang pemalu

Kerbau kenit memiliki sifat pemalu dan cenderung menghindari kontak dengan manusia. Hewan ini, akan bersembunyi di balik pepohonan atau di dalam semak-semak jika melihat manusia mendekat.

Kerbau kenit memiliki sifat agresif dan akan berlari menjauh jika merasa terancam.

3. Perkembangbiakan lambat

Perkembangbiakan lambat

Anoa berkembang biak dengan cara melahirkan, masa kehamilan berkisar antara 276 hingga 315 hari. Ini merupakan masa kehamilan terpanjang untuk mamalia berukuran kecil.

Seekor kerbau kenit betina hanya melahirkan satu ekor anak pada setiap kehamilan, dan baru bisa hamil kembali sekitar 12 hingga 18 bulan setelah melahirkan.

Perkembangbiakan kerbau kenit yang lambat merupakan salah satu faktor penyebab satwa ini terancam punah. Oleh karena itu, diperlukan upaya konservasi untuk melindungi kerbau kenit, termasuk dengan menjaga habitat dan mencegah perburuan liar.

4. Kebiasan unik

Kebiasan unik

Kerbau kenit memiliki kebiasaan unik, yaitu sering berendam di kubangan lumpur untuk mendinginkan badannya.

Kerbau kenit jantan sering berkeliaran untuk menggosokkan tanduknya pada batang pohon untuk menandai wilayah.

Sama halnya dengan binatang memamah biak lainnya, kerbau keniti sering menjilat batu yang mengandung garam mineral alami di alam.

5. Hidup hingga 25 tahun

Hidup hingga 25 tahun

Siklus hidup kerbau kenit tergolong panjang bahkan di alam liar. Umumnya, bisa ditemukan kerbau kenit berumur 20 sampai 25 tahun. Hal tersebut karena hampir tidak ada predator alami di habitat aslinya.

Sedangkan pada saat ini, ancaman hidup kerbau kenit lebih kepada dampak yang disebabkan oleh manusia mulai dari pembebasan lahan dan perburuan liar. Aktivitas tersebut mengakibatkan jumlah spesies kerbau kenit menurun drastis.

Spesies Kerbau Kenit di Sulawesi, Indonesia

Ada dua jenis anoa, yaitu Bubalus quarlesi dan Bubalus depressicornis. Keduanya memiliki karakteristik dan ciri fisik yang berbeda.

1. Bubalus quarlesi

Bubalus quarlesi

Bubalus quarlesi memiliki ukuran tubuh yang kecil. Panjangnya sekitar 122 sampai 153 cm, tinggi bahu tidak lebih dari 75 cm, dan berat maksimal kurang dari 150 kg.

Bubalus quarlesi memiliki bulu tebal berwarna coklat gelap atau hitam. Bubalus quarlesi jantan berwarna lebih gelap daripada betina. Bulu di bagian leher lebih pendek dibandingkan dengan bulu di bagian tubuh.

Baik jantan maupun betina memiliki tanduk yang relatif pendek, lurus, dan mengarah ke belakang. Tanduk Bubalus quarlesi bisa memanjang hingga mencapai 15 sampai 20 cm.

2. Bubalus depressicornis

Bubalus depressicornis

Bubalus depressicornis atau kerbau kenit dataran rendah adalah hewan endemik Indonesia. Mamalia ruminansia ini, masuk dalam keluarga kerbau.

Bubalus depressicornis berukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 1 meter dan tinggi bahu sekitar 86 cm.

Bubalus depressicornis dewasa berwarna coklat gelap atau hitam. Di bagian leher berwarna putih seperti kalung, dan pola yang sama pada tungkai-tungkai bagian bawah. Bubalus depressicornis memiliki warna coklat kekuningan.

Bubalus depressicornis memiliki sepasang tanduk yang berbentuk segitiga, pipih, dan berkerut. Tanduk tumbuh dari dahi mengarah ke belakang secara diagonal.

Penyebab Berkurangnya Populasi Kerbau Kernit

Penyebab Berkurangnya Populasi Kerbau Kernit

Penurunan populasi kerbau kernit disebabkan oleh beberapa faktor.

1. Perburuan

Ancaman utama bagi kelestarian populasi anoa adalah perburuan liar. Mamalia ini, merupakan buruan paling dicari karena daging yang lezat dan kulitnya bernilai tinggi.

Perburuan liar sering kali dilakukan oleh masyarakat setempat, dan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

2. Perubahan habitat

Perubahan habitat juga menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya populasi kerbau kernit. Satwa ini, memiliki habitat asli di hutan hujan tropis.

Namun, hutan hujan tropis di Sulawesi semakin berkurang, salah satu penyebabnya adalah deforestasi dan degradasi hutan.

Aktivitas tersebut berdampak pada kerbau kernit yang kehilangan habitatnya. Selain itu, kelompok hewan ini, juga kesulitan mencari makan.

3. Konflik dengan manusia

Karena keterbatasan makanan di  habitatnya, kerbau kenit sering masuk perkebunan warga dan memakan tanaman pertanian.

Hal ini menyebabkan masyarakat setempat mengusir, atau bahkan tidak segan membunuh kerbau kenit yang merusak tanaman mereka.

Menurut data dari IUCN Red List, populasi kerbau kenit di seluruh wilayah Sulawesi tidak lebih dari 2.500 individu. Jumlah tersebut membuat kerbau kenit dikategorikan sebagai spesies terancam punah.

Upaya Melindungi Populasi Kerbau Kenit

Upaya Melindungi Populasi Kerbau Kenit

Upaya pemerintah untuk melindungi populasi kerbau kernit yang terancam punah, antara lain:

1. Penindakan perburuan liar

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menindak perburuan liar dengan meningkatkan patroli di kawasan konservasi, melakukan penegakan hukum, dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi kerbau kenit.

2. Pembentukan kawasan konservasi

Kawasan konservasi dilindungi secara hukum untuk menjaga keanekaragaman hayati. Anoa adalah hewan endemik yang berasal dari daerah Sulawesi, sehingga kawasan konservasi di pulau tersebut menjadi habitat penting bagi satwa ini.

Pemerintah telah membentuk beberapa kawasan konservasi untuk melindungi kerbau kenit, antara lain Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Taman Nasional Lore Lindu, dan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

3. Pemeliharaan secara ex-situ

Pemeliharaan kerbau kenit secara ex-situ dilakukan di penangkaran atau kebun binatang. Upaya ini dilakukan untuk menjaga populasi fauna, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya keberadaan makhluk hidup dalam suatu ekosistem.

Pemerintah telah membangun beberapa pusat penangkaran kerbau kenit, antara lain di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang terletak di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

4. Penyuluhan dan edukasi masyarakat

Penyuluhan dan edukasi penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian kerbau kenit.

Warga setempat perlu diinformasikan tentang dampak perburuan liar terhadap populasi kerbau kenit, dan pentingnya menjaga kelestarian habitatnya.

Menjaga kelangsungan hidup kerbau kenit tidak hanya tentang melindungi satu spesies, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan ekosistem tempat mereka hidup. Dalam hal ini, peran masyarakat, pemerintah, dan organisasi konservasi sangat dibutuhkan.

Melalui edukasi, konservasi habitat, dan penegakan hukum yang ketat terhadap perburuan liar, Anda dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian anoa dan ekosistemnya. Harapannya, keberadaan mamalia tersebut tetap menghiasi keindahan Pulau Sulawesi.