Jalak Bali: Morfologi, Habitat, Cara Reproduksi, dan Pelestariannya

Posted on

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu spesies burung langka yang menjadi aset berharga dalam keanekaragaman hayati Indonesia. Terkenal dengan keindahan dan karakteristik morfologinya yang unik, burung ini telah menjadi ikon alam Bali yang kini berjuang untuk kelangsungan hidupnya.

Memangnya, bagaimana kondisi populasi Leucopsar rothschildi saat ini? Apa saja upaya yang dilakukan untuk melestarikannya? Artikel ini akan mengulas berbagai aspek mengenai jalak Bali, mulai dari habitat, reproduksi, hingga upaya pelestarian yang telah dilakukan.

Taksonomi Jalak Bali

Taksonomi Jalak Bali

Penting untuk mengetahui taksonomi  dari Leucopsar rothschildi sebelum mencari tahu lebih lanjut tentang upaya pelestariannya. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari burung jalak ini, yaitu:

Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Aves
Ordo Passeriformes
Famili Sturnidae
Genus Leucopsar
Spesies Leucopsar rothschildi

Morfologi

Morfologi

Leucopsar rothschildi adalah salah satu jenis burung yang sangat cantik dan mudah dikenali berkat kekhasan tampilan morfologinya. Berikut beberapa aspek morfologi yang membuat burung jalak di Bali ini begitu istimewa:

1. Tubuh Berwarna Putih dengan Sentuhan Hitam dan Biru

Leucopsar rothschildi memiliki tubuh yang hampir seluruhnya berwarna putih, menciptakan kontras dengan warna hitam pada bagian ujung ekor dan sayap. Burung ini semakin menarik dengan warna biru kobalt atau biru terang di sekitar mata, menjadikannya ciri khas yang sulit dilupakan.

2. Bulu Kepala Menyerupai Jambul

Leucopsar rothschildi memiliki bulu putih yang tumbuh di bagian kepala dan menyerupai jambul. Bulu ini adalah ciri unik yang membedakannya dari burung lain. Paruhnya runcing berwarna abu kehitaman dengan ujung yang kuning kecokelatan, sedangkan bagian kakinya berwarna abu pucat.

3. Ukuran Tubuh yang Sedang

Jalak Bali memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Burung dewasa memiliki panjang sekitar 21 hingga 25 cm dengan berat hanya sekitar 107 gram. Keindahan dan karakteristik morfologinya ini membuatnya menjadi salah satu burung yang menarik untuk diamati.

4. Telur yang Unik

Leucopsar rothschildi berkembang biak secara ovipar atau bertelur. Telur-telur ini memiliki warna hijau kebiruan yang sangat khas dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 3 cm. Telurnya adalah bukti keunikan lebih lanjut dari Leucopsar rothschildi yang terancam punah.

5. Perbedaan Jantan dan Betina

Terdapat perbedaan morfologis antara jantan dan betina pada Leucopsar rothschildi. Perbedaan tersebut mencakup beberapa aspek berikut:

  • Kepala jantan bentuknya panjang dan cenderung lebih besar, sedangkan kepala betina lebih kecil dan memiliki bentuk yang lebih bulat.
  • Jambul jantan umumnya lebih panjang dibandingkan dengan jambul betina yang relatif lebih pendek. Jambul merupakan tampilan yang semakin memperindah Leucopsar rothschildi jantan dan merupakan salah satu aspek yang membedakannya dari betina.
  • Jantan memiliki tubuh yang lebih gagah, besar, dan kuat. Mereka sering terlihat lebih berisi. Sementara itu, betinanya tampak ramping dan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan jantan.

Perilaku dan Kebiasaan

Perilaku dan Kebiasaan

Leucopsar rothschildi adalah burung yang memiliki perilaku dan kebiasaan unik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka biasanya tidur dan mencari makan di pohon-pohon yang relatif rendah, seperti pohon sawo, kesambi, atau semak-semak.

Burung ini termasuk omnivora sehingga makanannya menjadi lebih beragam. Mereka bisa memakan buah-buahan, seperti sawo kecik dan pepaya, sambil menikmati serangga, misalnya semut dan rayap.

Saat musim kawin, yang biasanya berlangsung sekitar bulan November hingga April, burung jalak Bali terbang berkelompok dan selalu berdekatan dengan sarangnya. Hal ini merupakan kebiasaan alami, yang sayangnya membuat mereka menjadi lebih rentan terhadap pemburu liar.

Cara Reproduksi

Reproduksi Leucopsar rothschildi melibatkan sejumlah aspek penting yang mempengaruhi pola perkawinan, jumlah keturunan, dan usia produktif. Berikut adalah informasi terperinci mengenai reproduksi burung yang cantik ini:

1. Monogami dan Sex Rasio

Monogami dan Sex Rasio

Leucopsar rothschildi adalah satwa monogamus, yang berarti mereka hanya memiliki satu pasangan selama satu musim kawin. Hal ini menghasilkan sex rasio yang seimbang, yaitu 1 jantan untuk 1 betina. Burung ini mulai melakukan proses perkawinan pada usia sekitar 7 sampai 9 bulan.

2. Jumlah Telur dan Masa Penetasan

Jumlah Telur dan Masa Penetasan

Saat melakukan proses perkawinan, jalak ini menghasilkan telur dengan jumlah maksimum sebanyak 3 butir. Telur-telur tersebut dierami oleh kedua induk selama sekitar 16 hari sebelum menetas menjadi anak jalak.

3. Usia Produktif

Usia Produktif

Masa produktif jalak Bali dalam menghasilkan keturunan berlangsung hingga usia tertentu, yaitu sekitar 1 hingga 7 tahun untuk jantan dan 1 hingga 12 tahun untuk betina. Hal ini menunjukkan bahwa usia reproduksi mereka bervariasi tergantung jenis kelamin.

4. Perkawinan dalam Penangkaran

Perkawinan dalam Penangkaran

Perkawinan Leucopsar rothschildi dalam penangkaran dapat terjadi sepanjang tahun. Setelah bertelur dan menetaskan anaknya selama 14 hari, burung ini bisa bertelur kembali setelah anak-anaknya berusia sekitar 4 hingga 5 minggu. Jarak waktu antara peneluran telur biasanya sekitar dua bulan.

Habitat

Habitat

Leucopsar rothschildi menyukai sejumlah habitat yang mencakup hutan rawa, daerah savana, hutan mangrove, dan hutan musim dataran rendah. Namun secara alami, burung ini memiliki sebaran geografis yang terbatas.

Leucopsar rothschildi umumnya dapat ditemukan di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). TNBB adalah daerah asli di mana burung ini hidup dan berkembang biak di alam liar.

Selain di TNBB, Leucopsar rothschildi juga memiliki sebaran di beberapa daerah lain di sekitar pulau Bali, seperti Lampu Merah, Tegal Bunder, dan Batu Gondang. Penangkaran burung cantik ini di luar TNBB merupakan bentuk konservasi yang berkelanjutan.

Populasi Jalak Bali

Populasi Jalak Bali

Pihak BKSDA Bali telah melakukan pemantauan yang teliti terhadap populasi burung jalak selama beberapa tahun terakhir. Hasilnya, terdapat perkembangan positif populasi Leucopsar rothschildi di Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

Saat tahun 2015, populasi Leucopsar rothschildi di TNBB tercatat sebanyak 75 ekor. Jumlah ini adalah titik awal pemantauan yang menjadi dasar untuk mengukur perkembangan lebih lanjut.

Memasuki tahun 2017, jumlahnya meningkat menjadi 81 ekor, dan setahun kemudian, pada tahun 2018, populasi mencapai 109 ekor. Beranjak ke tahun 2019, jumlahnya melonjak menjadi 256 ekor dan hingga September 2020, populasinya telah mencapai angka 355 ekor.

Penutupan TNBB selama pandemi COVID-19 tampaknya berkontribusi pada percepatan peningkatan populasi Leucopsar rothschildi. Selama masa penutupan akibat COVID-19, indukan burung ini aktif bereproduksi di habitat aslinya.

Kerja sama antara BKSDA Bali dan 6 desa di sekitar TNBB juga berperan penting dalam pelestarian Leucopsar rothschildi. Hal ini merupakan upaya penangkaran di luar habitat asli Leucopsar rothschildi (ex-situ).

Leucopsar rothschildi adalah simbol penting dari keanekaragaman hayati yang perlu dijaga dan dilestarikan. Meskipun upaya untuk melindungi spesies ini penuh tantangan, hasil positif dalam peningkatan populasinya telah memberikan harapan bagi masa depan keanekaragaman satwa Indonesia.

Semua upaya konservasi memberikan kesempatan bagi generasi mendatang untuk melihat kecantikan jalak Bali. Burung ini merupakan bukti hidup bahwa dengan dedikasi dan perhatian, Anda dapat mempertahankan spesies yang terancam punah dan menjaga keberlanjutan alam di Indonesia.